tari gambyong pangkur

Senin, 15 November 2010

Kirab Budaya Mbah R.Suman SH

Suman Sri Usodo Tebar Uang

  • Kirab Padepokan SM Disambut Antusias
DI Desa Giripurno, Karanganyar, Kebumen, Jumat jam 09.00, alunan gending-gending Jawa terdengar merdu di kediaman R Suman Sri Usodo di lereng perbukitan terjal yang bertanah cadas.
Sejumlah keluarga dan kerabat Suman mengenakan beskab khas pakaian Jawa. Mereka duduk rapi di depan padepokan, atau tepatnya Panti Husada Sehat Medika (SM) sejak pagi.
Beberapa pejabat dan mantan pejabat Kabupaten Kebumen, terlihat keluar masuk padepokan yang melayani pengobatan secara tradisional itu. Ada Kepala Dinas Pendidikan Drs H Airmas, Kabag Umum Setda H Adi Pandoyo, dan Kabag Pemerintahan Desa Azam Fatoni SH MSi. Tentu mereka mengenakan pakaian beskab Jawa juga.
Tak lama kemudian R Suman dan istri serta tiga anaknya (dua lelaki satu perempuan), keluar dari kediaman. Iring-iringan kirab pun bergerak pelan. Beberapa kendaraan lebih dahulu bergerak menuju Pasar Karanganyar, sejauh sekitar dua kilometer.
Meski telah disiapkan beberapa mobil, Pak Suman dan pengiringnya memilih jalan kaki dari kediaman hingga Balai Desa Candi, sekitar satu kilometer. Di halaman Balai Desa Candi itulah telah menunggu Bupati Dra Hj Rustriningsih Msi dan suami, Ir H Sony Achmad Nooryatno.
Sementara dua kereta pinjaman dari Keraton Ngayogyakarta telah siap. Beberapa pejabat, antara lain Camat Karanganyar Drs Pujiono, Danramil Kapten Inf Ngadio serta Kapolsek AKP Tamsil Mardiyono dengan gagah telah siap mengendalikan kudanya.
Maka mulailah kirab bergerak melewati Desa Candi dan Alun-alun Karanganyar serta pasar di selatan jalan raya Gombong-Kebumen. Pak Suman yang satu kereta dengan istrinya, tampak gagah mengenakan baju beskab, sementara sang istri mengenakan kebaya merah muda.
Di belakangnya, Bupati Rustriningsih dan Pak Sony, tampil tak kalah anggun dan gagah. Bu Rustri mengenakan baju kebaya. Sepanjang jalan, Bupati dan suaminya terus menebar senyum dan melambaikan tangan ke arah anak sekolah dan warga masyarakat yang menyambut dengan antusias kirab tersebut di tepi jalan.
Tebar Uang
Selama perjalanan di atas kereta, Suman terus menebar uang logam. Begitu uang disebar ke tepi jalan, sontak anak-anak sekolah dan warga berebut mengambilnya.
Kemacetan terjadi saat iring-iringan kirap melewati depan Pasar Karanganyar atau menyeberang jalan raya dari utara jalan. Petugas Polres Kebumen dan Satpol PP pun dibuat sibuk mengatur lalu lintas. Di halaman pasar telah disiapkan 16 nasi tumpeng, satu ingkung ayam kampung, satu nasi ambeng di tampah, serta jajan pasar, kupat lepet, untuk sedekah.
Di dalam kereta disiapkan pula gunungan jangkep. Ada tumpeng, buah-buahan, jajan pasar, serta hasil palawija. Tumpeng, gunungan dan jajan pasar itu pun langsung ludes ''diserbu'', begitu rombongan kirab masuk kota Karanganyar. Demikian pula nasi tumpeng beserta ingkung, setelah diberi doa, langsung menjadi rebutan warga.
Pak Suman dan istri di atas kereta juga sempat berhenti di depan pasar, dan kembali menyebar uang recehan. Warga makin antusias menyambutnya. Bahkan ada lelaki yang menyeletuk, ''Mbah, aku minta uang lembaran lima ribuan.''
Sumeri (79), penasihat spiritual R Suman yang menunggui sesaji dan nasi tumpeng menjelaskan, hari itu seperti biasa dilaksanakan tradisi sekedah di bulan Sura atau Muharam. Tujuannya, untuk memohon selamat dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Menurut Sumeri, meski sesaji dan makanan yang disediakan sederhana, memiliki makna filosofi yang dalam. Kupat lepet misalnya, dia jalaskan untuk memohon ampunan atas segala kesalahan. Nasi ambeng dimaksudkan menghindari halangan atau musibah dan bencana.
Sedangkan nasi ingkung untuk lauk makan bersama. Ikan ayam itu memiliki makna bahwa manusia sebenarnya kecil. Manusia setelah meninggal tak ada artinya.
Itu sama dengan sifat R Suman yang tak lupa asalnya sebagai wong cilik. Meski ia kini bisa disebut sukses mendirikan padepokan Sehat Medika I di Desa Giripurno sejak 1979 dan tahun 1995 membuka cabang Padepokan di Desa Jatiluhur, Pak Suman tetap mengaku orang biasa.

1 komentar:

  1. kamu memang tertarik dengan budaya jawa ya?
    bagus, jadilah generasi penerus bangsa yang baik yang tidak lupa akan budaya aslinya.

    BalasHapus